Tokoh itu bernama Yong Dolah, sering
duduk di kedai kopi sambil minum kopi (yelah, tak mungkin pulak minum
jus kat kedai kopi), orang melayu menyebutnya kahwa atau “kahwe” (dengan
huruf “e”). Minum kopi sambil makan roti bakar di waktu pagi sebagai
sarapan maupun di waktu sore melepas penat bekerja, bahkan terkadang di
malam hari sambil kongkow-kongkow dengan teman-teman. Kebiasaan yang tak
lepas dari budaya China dan Siam.
Yong
Dolah adalah nama seniman/penghibur legenda yang pernah di miliki
Masyarakat Bengkalis yang hidup sekitar rentang tahun 1930-1975 (tidak
ada catatan sejarah yang pasti tempat dan tanggal kelahiran beliau).
Menurut beberapa sumber Yong Dolah bernama asli Abdullah bin Endong
(masyarakat Bengkalis biasa memberikan nama yang pendek-pendek tanpa
tambahan lain seperti Atan, Bidin, Selamat, Abu, Minah, Rogayah, Timah
asal kata dari fatimah, daro, siti dll.
Dikalangan masyarakat
melayu Bengkalis dan udah lazim dengan gelar tersebut. Sedangkan Yong
adalah sapaan atau gelar yang diberikan oleh orang-orang terdekat
beliau, selain itu ada kat sapaan Bat (biasanya sebaya umur), Wak (sama dengan orang lebih tua dikit) Jang (biasanya panggilan sapaan ortu ke anaknya) serta Pakcik (sapaan buat yang dihormati atau para orang pendatang dan hubungan keluarga) selain itu Encik, Makcik...sama seperti diatas.
Banyak pro dan kontra keberadaan sosok ini, akan tetapi sumber dari
orang-orang dahulu mengatakan beliau sangat disenangi masyarakat
dikarenakan kepandainya beliau bercerita dengan ucapan (verbal) mengenai
cerita-cerita rakyat (Folk story). jadi jangan heran cerita Yong Dolah
lewat tulisan kurang mengena lucunya, karena tidak ada penekanan
intonasi, mimik serta jeda yang justru hilang ciri khas cerita tersebut.
Bahkan keahlian Yong Dolah dalam bercerita sampai tidak mengenal batas
waktu (unlimited story) bahkan tidak menggunakan bahan literatur (Story
board) atau referansi, sehingga ceritanya mengalir begitu saja seperti
air tanpa putus-putus, bahkan dalam satu cerita bisa dijabarkan menjadi
50 cerita baru yang saling berkaitan yang pasti lucunya sesuai dengan
tingkat kepiwaian beliau menyampaikan.
Bila ditelaah kisah-kisah
lisan yang disampaikan Yong Dolah dalam kabar kocaknya, terlihat ada
pesan yang sangat tinggi yang ingin disampaikan Yong Dolah. Paling
tidak, ada beberapa nilai yang ingin disampaikan Yong Dolah dalam cerita
lisannya tersebut, antara lain: Pertama, Yong Dolah memperlihatkan
tingginya sastra Melayu dengan menggunakan gaya bahasa hiperbola dalam
cerita-ceritanya. Dalam pendekatan sastra Indonesia, penggunaan
kata-kata hiperbola tidak dikategorikan sebagai ekspresi cerita yang
berisi kebohongan.
Dalam seluruh ceritanya, dominasi gaya
hiperbola yang disuguhkan Yong Dolah justru menggunakan kata-kata yang
tak lazim digunakan untuk mengekspresikan kata-kata hiperbola yang
sering digunakan masyarakat pada umumnya. Dalam hal ini, Yong Dolah
membuktikan diri sebagai sosok penutur cerita yang kaya dengan istilah
kata hiperbola dan menunjukkan bahwa sastra Melayu memiliki gaya hiperbola
yang luas dan dinamis. Untuk itu, sangatlah keliru bila banyak
masyarakat yang menempatkan Yong Dolah sebagai sosok pembual yang
mengisahkan cerita bohong. Hal ini dikarenakan kita tidak mengerti
sastra sebagaimana yang ingin disampaikan YongDolah dalam
cerita-ceritanya.
Kedua, bila ditelaah secara seksama dari
cerita-cerita yang disampaikan Yong Dolah, memperlihatkan kualitas
intelektual Yong Dolah. Ia mampu mengarang cerita yang membuat pembaca
dan pendengar menguras intelektualitas dan imaginasi mereka.
Intelektualitas Yong Dolah bukan hanya didekati secara filosofis, akan
tetapi secara matematis. Lihatlah bagaimana kualitas intelektualitas
Yung Dolah tatkala ia menceritakan tentang Kapal Tanker, Tangga Sakti, Madu Lebah, Ikan Bilis, Radio Philips, Lime Meter, dan sebagainya. Tidak mungkin penutur mampu membuat cerita yang demikian bila tidak memiliki kualitas intelektual yang baik.
Ketiga, pada beberapa ceritanya, Yong Dolah menitip pesan yang sangat
tinggi kepada pembacanya. Pesan tersebut antara lain dapat dilihat pada
beberapa cerita berikut, yaitu:
Pertama, Kapal Tanker mengajak kita untuk aktif, pantang menyerah, berpikir matang, dan memanfaatkan alam secara seimbang.
Kedua, Anak Ayam memberikan nilai bagaimana menjadi sosok pemimpin yang ideal.
Ketiga,
Keker memberikan pesan agar kita mengingat jasa kedua orang tua yang
telah melahirkan dan membesarkan kita dan agar masyarakat Melayu
memiliki cita-cita yang tinggi meski harus diraih dengan susah payah.
Bahkan, hampir semua cerita Yung Dolah memiliki pesan-pesan universal
dan filofis-kritis yang demikian tinggi untuk menjadi cermin bagi
pembacanya. Pesan-pesan yang disampaikan dalam cerita-cerita humornya
memiliki kekuatan intelektual dan pesan moral yang tinggi. Namun, karena
keterbatasan daya intelektual dan ketidakmampuan pembaca memahami
substansi pemikirannya, akhirnya cerita yang disampaikan Yong Dolah
hanya lebih dominan dipahami sebatas gurauan belaka.
Keempat,
Yong Dolah mampu menyuguhkan suatu cerita yang universal. Cerita yang
disampaikannya bukan hanya dikonsumsi oleh anak-anak, akan tetapi juga
orang tua, masyarakat yang berpendidikan rendah sampai intelektual di
Bumi Lancang Kuning ini. Paling tidak, kehadiran bentuk sastra ala Yong
Dolah merupakan media bacaan yang baik, terutama dalam kondisi
masyarakat saat ini yang banyak disuguhkan bacaan-bacaan yang
berkualitas rendah dan hanya mengumbar kekerasan dan seksualitas belaka.
Kelima,
cerita-cerita Yong Dolah memiliki kualitas humor yang tinggi, baik gaya
bahasa yang disampaikan maupun orisinalitas humor yang disampaikan.
Sementara, bila dibandingkan dengan banyak cerita humor yang ada saat
ini yang banyak memiliki kesamaan antara satu dengan yang lain dan
kurang membuat pembaca rileks dan cerdas secara intelektualitas setelah
membacanya. Tatkala secara cermat ditelusuri cerita-cerita yang
disampaikan Yung Dolah pada zamannya, maka kita akan teringat dengan
sosok Abu Nawas yang menghias cerita di negeri Seribu Satu Malam. Pada
zamannya, Abu Nawas merupakan orang cerdas yang mampu membuat sejarah
masa itu menjadi lebih hidup.
Kemampuan ini mungkin dapat juga
disamakan dengan kepiawaian Presiden Soekarno dalam berorasi tanpa teks
dengan isi pidato yang dapat membangkitkan semangat juang masyarakat.
Menurut flashback sejarah sosok yong dollah ini sangat lucu
secara kasat mata dengan ciri-ciri badan yang gemuk terutama perut dan
pipi, kulit agak cerah, mata yang besar seperti kebanykan mata orang
melayu, agak pendek dari rata-rata.
Ditambah lagi ciri khasnya
berpakain memakai songkok (peci) hitam yang kumal serta kain sarung yang
selalu diikat dipinggang serta sandal jepit murahan. (maklumlah orang
kampung yang hidup penuh kemiskinan)
Tapi terakhir dari
perdebatan pakar sejarah melayu (pernah diteliti oleh masyarakat ahli
dari Bengkalis, Pekanbaru dan jakarta sekitar tahun 2002 kalau tidak
salah) apakah sosok Yung Dolah benar-benar ada?
Tapi menurut
orang-orang melayu Bengkalis beliau memang ada, bukan fiksi, hal ini
didapatkan dari cerita orang - orang tua yang pada masa itu beliau masih
berumur belasan tahun, sedangkan Yung Dolah sudah berumur sekitar 60
tahunan. memang dari segi history keberadaan Yung Dolah memang agak
misterius, sedangkan ahli waris beliau masih ada.
Beberapa tim mahasiswa pernah menghunting berita sejarah daerah dan sempat bertemu dengan cucu atau cicit Yung Dolah disekitar Desa senggoro
yang tak jauh dari kota Bengkalis, akan tetapi pihak keluarga juga
terkesan tertutup dan kurang paham riwayat Yung Dolah. (missing Chain)
atau dalam arti kata terputusnya rantai sejarah.
Yong
Dolah adalah Legenda Masyarakat Bengkalis, seperti halnya seniman serba
bisa P.Ramlee dari tanah seberang, pernah saya mendengar ceria dari
keluarga dekat, bahwa ciri khas dari yang namanya Yong adalah, beliau
tidak pernah sedikit pun ketawa, bahkan senyum apabila menyampaikan
cerita lucunya...sedangkan orang lain ketawa terpingkal-pingkal sabil
berurai air mata! Hahaha...
Dan ciri khas lainnya
adalah kalau bercerita beliau sering minta ditemankan 1-2 cangkir kopi
kesukaannya, sambil bersandar ditiang kedai, tapi untuk memancing beliau
becerita tidaklah gampang, harus lihat sikon alias Mood baru beliau mau
bercerita..
Kadang-kadang pernah bercerita dari jam 7 pagi
sampai naik siang...tau ada bahannya yang mau diceritakan...dan satu
lagi kalau dia bercerita jangan dipotong oleh pendengar, kalau tidak
marah besar beliau hehe, terkadang ceritanya hampir 80% rakayasa, alias
pembengak! (pembohong) tapi orang-orang suka mendengar ocehan
beliau..hehe ...sehingga ada julukan di masyarakat Melayu Bengkalis,
kalau sering Berbohong dapat gelar yung dolah! Tapi yang pasti cerita
beliau jangan didengar secara berat, cukup rileks aja, kerana cerita
beliau hanya sekadar apresiasi seni belaka.
Kini
Yong Dolah sudah tidak ada, tapi legenda hidupnya menjadi kenangan
abadi sampai ke anak cucu terutama masyarakat melayu Bengkalis pada
khususnya dan Melayu Riau pada Umumnya
Sumber: www.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar